Derita Ganda Warga Sukolilo

Oleh: Rofiq Fuaidi

Sudah jatuh masih tertimpa tangga. Itulah ungkapan untuk masyarakat Sukolilo, Pati kalau pabrik semen jadi didirikan di sana.

Pegunungan kendeng sudah rusak dengan adanya banjir bandang sekitar satu bulan yang lalu tetapi disana malah akan didirikan pabrik semen. Tentunya kerusakan alam disana semakin parah mengingat batu kapur dan tanah liat akan terus dieksploitasi.

Belum ada pabrik semen saja sudah banjir bandang gara-gara penambangan liar. Apalagi kalau sudah ada pabriknya? Bisa dipastikan alam Sukolilo dan sekitarnya akan semakin rusak. Pada awal Desember 2011 Sukolilo diterjang banjir bandang yang diakibatkan oleh penambangan batu dan tanah secara liar. Para penambang tidak mendapatkan izin namun tetap melakukan penambangan disana. Bukit-bukit digempur diambil tanah dan batunya.

Melimpahnya bahan dasar untuk produksi semen di Sukolilo menjadikannya sasaran empuk bagi para investor untuk mendirikan pabrik disana. Kalau sampai jadi didirikan pabrik bukit-bukit akan rata menjadi tanah karena dieksploitasi secara besar-besaran. Tahun 2012 kebutuhan semen nasional naik 7% yang semula tahun 2011 mencapai 45 juta ton menjadi 48,15 ton. Pada tahun 2016 produksi Semen Gresik menjadi 30 juta ton. Secara nasional tingkat market share Semen Gresik mencapai 40 persen lebih. Peningkatan jumlah produksi yang sangat signifikan dan penguasaan pasar yang cukup tinggi. Untuk mencapai target tersebut  sangat kecil kemungkinannya perjanjian di awal untuk tidak diingkari. Waktu lobi-lobi sebelum mendirikan pabrik pihak PT Semen Gresik (SG) berjanji dengan berdirinya pabrik tidak akan mengganggu lingkungan, sumber air dan kesejahteraan masyarakat akan terangkat. Tapi kenyataannya kelak? Tidak ada yang bisa menjamin.

Kalau dilogika penambangan dalam sekup kecil saja sudah mengakibatkan banjir bandang. Bagaimana kalau sekup besar? Pabrik semen mempunyai beberapa dampak negatif. Pertama: debu di sekitar pabrik berlebihan. Dalam penelitian di pabrik PT.  Semen Tonasa Pangkep Sulawesi Selatan kadar debu di bagian packing terdapat 22 % dengan kadar debu 18,47 mg/m3, di bagian crusher batu kapur terdapat 12,1% dengan kadar debu 14,98 mg/m3, di bagian  tambang terdapat 14,3% dengan kadar debu 20,23 mg/m3.

Dari data tersebut menunjukan bahwa pembangunan pabrik semen berpotensi menimbulkan gangguan paru-paru karena kadar debu diatas rata-rata. Dengan terganggunya paru-paru maka umur, masa aktif kerja akan menjadi semakin pendek karena organ dalam tubuh juga ikut terganggu. Bahkan olah ragapun bisa menjadi tidak sehat karena tebalnya debu.

Kedua: sumber air di Sukolilo bisa mati selamanya. DR. Eko Teguh Paripurno, Direktur Pusat Penelitian Penanggulangan Bencana UPN Veteran Yogyakarta sudah melakukan penelitian dan hasilnya bahwa di Sukolio terdapat sungai bawah tanah. Pabrik semen ini tidak aman untuk sumber air jika jadi didirikan. Penambangan baru disebut aman jika dilapisan bawah tak terdapat kapiler dan air sungai. Resiko ini sangat tinggi karena air adalah kebutuhan primer bagi manusia dan tidak bisa digantikan dengan benda yang lainnya.

Ketiga: rawan longsor dan banjir. Tercatat 3 korban tewas akibat tertimbun tanah longsor di area penambangan PT SG di Grobogan. Meskipun belum mendapatkan izin melakukan penambangan bahan kapur tetapi kegiatan itu sudah dilakukan. Dari 5 lokasi penambangan kesemuanya menelan korban jiwa. Baru melakukan penambangan bahan baku saja sudah menelan banyak korban. Kalau pabrik resmi didirikan maka bisa dipastikan lebih banyak korban jiwa yang terenggut disana.

Banjir Lagi

Keempat: Bencana lain yang rawan melanda Sukolilo, termasuk Kayen, adalah banjir. Pada awal Desember lalu Sukolilo dan kayen dilanda banjir bandang.   Kamis 5 Januari 2011 daerah tersebut dilanda banjir bandang lagi. Hal ini diakibatkan oleh rusaknya pegunungan kendeng karena penambangan liar sehingga tanah tidak bisa menyerap air hujan. Dalam waktu satu bulan mereka dilanda banjir bandang dua kali. Sungguh ironis.    

Dengan keempat alasan di atas pemerintah, dalam hal ini adalah Pemkab Pati dan Pemprov Jateng, serta pihak PT SG tidak bisa memaksakan diri untuk mendirikan pabrik semen di Sukolilo.  Meskipun investasinya senilai 5 triliun tetapi resikonya lebih dari nilai segitu. Bahkan untuk jangka panjang alam sekitar pabrik rusak karena tercemar. Apalagi kalau pabrik beroprasi hanya dalam kurun waktu 25-40 tahun dan setelah itu Sukolilo ditinggalkan begitu saja. Maka hanya kegersangan alam yang diwariskan kepada warga. 25-40 tahun adalah waktu yang singkat, maka benar warga Sukolilo kalau menolak pendirian pabrik semen dengan alasan memikirkan nasib anak cucu mereka. Kalau alam sudah rusak dan sumber dayanya sudah habis lantas warga mau apa lagi?

Hal tersebut juga yang harus difikirkan oleh Pemkab Pati dan Pemprof Jateng. Nasib rakyat jangka panjang harus difikirkan mulai dari sekarang. Jangan sampai tergiur dengan keuntungan dari investasi 5 miliyar dengan mengorbankan banyak rakyat. Pemerintah harus sadar diri dengan posisinya saat ini. PT Sahabat Mulia Saksi (SMS), anak perusahaan dari PT SG, yang sudah terlanjur mendapat izin usaha pertambangan eksplorasi tanah liat dan batu kapur tertanggal 8 Agustus 2011 dari Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Pati harus segera dicabut izinnya. Masih ada kesempatan karena warga Sukolilo mengajukan banding dan belum ada keputusan final.

Rofiq Fuaidi, mantan aktivis Pers Mahasiswa Vokal IKIP PGRI Semarang, lahir di Pati. 

 

 

 

Leave a comment